Agun and Glasses , First Time Wearing glasses
SMP Negeri 2 Lohbener, iya benar. Awal sebelum menjadi SMP
Negeri 1 Arahan dulunya bernama SMP Negeri 2 Lohbener karena memang pada saat
itu masih kecamatan perwakilan dan belum ada pemekaran wilayah. Tahun 2003 Saya
Agun Gunawan siswa kelas enam SDN
Lamarantarung 1 yang sangat ingin sekali melanjutkan ke sekolah menengah pertama
yang pada saat itu sangat difavoritkan oleh teman-teman sekelas saya yaitu SMP
Negeri 2 Lohbener, anggapan masyarakat bahwa jika seorang siswa bersekolah
disitu berarti dia anak yang lebih pintar dibandingkan anak yang bersekolah di
SMPN 5 Sindang sekarangnya menjadi SMPN 1 Cantigi, saya rasa itu hanya stigma saja, karena bisa
saja anak SMPN 5 Sindang justru lebih pintar dari anak SMP Negeri 2 Lohbener,
padahal salah satu alasan saya ingin sekolah disitu karena jarak yang lebih dekat daripada di SMPN 5 Sindang.
Hari yang ditunggu pun telah tiba, pengumuman penerimaan siswa baru, saya
bersama teman saya pada saat itu adalah Sapuri, Erdiyanto, carsinih, Daeniti,
Dairoh, Runenti, Eka saeful anwar,Herman Irawan, Syai’in, dan saya agak lupa
siapa yang ikut melihat pengumuman penerimaan itu kurang lebih ada dua puluh
siswa, sungguh sangat disayangkan karena itu adalah awal perpisahaan dengan
teman-teman SD saya yang mendaftar di SMP Negeri 2 Lohbener, dari dua puluh
siswa SDN lamtar 1 dan 2 hanya enam
siswa yang diterima di SMP Negeri 2 Lohbener, Alhamdulillah salah satunya
adalah saya, seperti disekolah lainnya, sebelum memulai proses belajar saya dan
teman-teman mengikuti kegiatan Masa Orientasi Sekolah atau lebih dikenal MOS,
sejak itu saya sudah merasakan ada yang beda dengan mata saya, itu sebabnya
saya mencari tempat duduk dikelas yang posisinya terdepan, tujuannya agar bisa
baca tulisan dari dekat, akhirnya saya dapat tempat duduk persis di depan meja
guru, teman satu bangku saya namanya hasan, sementara yg tepat dibelakang saya
namanya wanto dan samping kanan saya Royani, sebelah bangku Royani adalah Etin
kusniatin, sedangkan posisi guru ada
disebelah kanan (kiri dari saya) papan tulis nempel dengan tembok. Setiap kali
menulis saya selalu melihat dari catatan Hasan, suatu ketika mungkin Hasan
jengkel karena saya terlalu sering melihat catatannya, sampe-sampe dia melarang saya mencontek tulisannya padahal nggak lagi ulangan, hingga kata-kata
menyinggung pun terlontar “katanya Ranking 1 masa baca tulisan aja nggak
BISA???” agak lebay ya tulisannya hehehe, tapi emang dengan nada agak sedikit
mengejek, dulu saat itu saya masih sangat sensitive dan cengeng abis, dalam
hati saya sangat tersinggung dan marah banget tapi apa mau dikata, saya butuh nulis dari catatan dia, walaupun kadang2
ngintip tapi dia masih disembunyi-sembunyiin, arrggghh BeTe banget rasanya
sekolah SMP, saya sempat stress tekanan batin hingga jatuh sakit gara-gara
keanehan saya yang tidak seperti siswa
pada umumnya bisa membaca tulisan di papan tulis, sementara yang saya lihat
buram dan nggak jelas gitu, rasanya sekolah SMP itu membosankan, nggak
semangat, bête abis, benci banget kalo
udah pagi, hingga saya sering melamun, murung dan gundah-gulana (saat itu
belum ada galau), setiap kali jam empat pagi saya terbangun, saya lihat my
beloved mom, papa, and sister semuanya masih terlelap tidur, saya terbangun
karena merasa sangat takut dengan pagi, mendengar sahut-sahutan ayam jago, dan
lantunan rekaman orang ngaji dari jarak kejauhan, tak kuasa rasanya menahan
tangis, ada yang tahu kenapa saya bisa nangis? Yaps betul sekali karena saya
nggak bisa ngaji hehehe (jadi malu udah SMP nggak bisa ngaji) yang pasti karena
saat itu saya takut banget ke sekolah, kurang lebih satu minggu saya tidak
masuk sekolah karena sakit, akhirnya saya ceritakan yang sebenarnya kepada ayah
saya bahwa saya tidak bisa melihat tulisan dengan jelas tulisan yang berada
agak jauh, ayah saya pun paham dan mengerti inilah yang menjadi penyebab
murung, sedih dan gundah-gulananya saya setiap hari, hampir semua keluarga saya
khawatir, ketika saya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Indramayu,
disana saya didaftarkan oleh ayah saya untuk berkonsultasi dengan spesialis
mata, saya ingat nama dokternya itu dr. Partomo, sekarang pun masih dinas disitu.
Setelah diperiksa dan konsultasi
ternyata mata saya mengidap rabun jauh (minus/miopi) saat itu saya memaksa
untuk langsung memakai kacamata karena pada saat ditest mata saya merasa nyaman
dan bisa baca tulisan dari kejauhan, tapi kata dokter nggak bisa langsung pakai kacamata, tapi harus melalui tahap
perawatan dan perbandingan terlebih dahulu, mirip kaya’ dokter gigi yang saya tulis bulan lalu. Dua minggu berlalu
mata saya tetap nggak bisa baca
tulisan dari kejauhan, akhirnya mau ngga mau harus pake kacamata, saat itu saya minus
satu koma tujuh lima (-1,75) sph kanan dan sph kiri dengan cyl 0 (cyl = cylinder)
itu yang saya baca dari resep dokter untuk ukuran kacamata yang harus saya
beli, senang sekali rasanya pake kacamata baru, nggak pake lama langsung saja bergegas ke optic, saat itu ke
Mutiara Optikal dan sampai saat ini pun saya masih berlangganan kacamata disitu. Saya kira dengan memakai
kacamata masalah udah selesai, iya bener masalah untuk diri sendiri memang
selesai tapi hujatan, hinaan, cacian dan anggapan baik itu teman-teman (yg
nggak akrab) maupun masyarakat sering kali mem-bully, meledek bahkan menghina saya,
seakan saya makhluk paling aneh sedunia, tapi justru dari semua itu saya……………
Bersambung ke “Agun
and Glasses part 2”
Post a Comment for "Agun and Glasses , First Time Wearing glasses"