The Power of Move On
Special thanks to Rakhmayanti Dewi, who inspire me to move on
Kemarin saya berhasil memahami kata-kata saya di catatan sebelumnya yang bertuliskan gini “Jadi menurut anda lebih baik sakit gigi atau sakit hati? Kalau saya sih masih milih sakit hati apalagi sakit hati karena cewek cemen banget tinggal cari aja yang lain terus selain itu masih bisa makan enak, coba kalau sakit gigi, sudah sakitnya sampe ting srenod tekang endas bli bisa mangan enak apa maning ditambah tanggane duwe gawean sound system e madep ngumah waduh bli bisa turu cah hahahaha”
Awalnya saya menjawab pertanyaan itu conditional/mancla-mencle, ya kalo lagi sakit hati lebih baik sakit gigi, kalo lagi sakit gigi lebih baik sakit hati, maksudnya biar mengalihkan rasa sakit, hah?!! Plis deeh, ngga ada rasa sakit yang enak, tapi jika kita berani ambil sikap, semua rasa sakit itu tidak akan ada artinya apa-apa melainkan hanya akan memperkuat aja, believe me it works hehehe
Dan inilah kata-kata dari Rakhma yanti dewi “i do agree what've u said. it's better to feel a broken heart than a toothache. toothache make u feel u're would like to giving all of ur teeth for free than u're in pain alot because of that. and broken heart? oh come on, its just like a little dust in ur shoes. its nothing if u know the power of move on.” Untuk Rakhmayanti Dewi jangan anggap semua anak translet itu punya pemahan banyak kosa kata, saya ngerti gara-gara pake google translet loh hehehehe
Tapi at least kata-katamu sudah menjadi cambuk yang cetar gelegar membahana (niru gaya Syahrini: lebay mode on) yang berhasil membuat saya kembali menjadi pribadi sanguinis lagi.
intinya kita berhak untuk jatuh dan bersedih, tapi jangan lama-lama, masih banyak pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan, memang menaruh harapan di tempat yang tinggi kemudian terjatuh itu rasanya pasti sakit, tapi bukan berarti akhir dari segalanya, banyak jalan menuju asa yang lain, yang lebih besar, dan yang akan menjadikan.
#sok bijak :)
Kemarin saya berhasil memahami kata-kata saya di catatan sebelumnya yang bertuliskan gini “Jadi menurut anda lebih baik sakit gigi atau sakit hati? Kalau saya sih masih milih sakit hati apalagi sakit hati karena cewek cemen banget tinggal cari aja yang lain terus selain itu masih bisa makan enak, coba kalau sakit gigi, sudah sakitnya sampe ting srenod tekang endas bli bisa mangan enak apa maning ditambah tanggane duwe gawean sound system e madep ngumah waduh bli bisa turu cah hahahaha”
Awalnya saya menjawab pertanyaan itu conditional/mancla-mencle, ya kalo lagi sakit hati lebih baik sakit gigi, kalo lagi sakit gigi lebih baik sakit hati, maksudnya biar mengalihkan rasa sakit, hah?!! Plis deeh, ngga ada rasa sakit yang enak, tapi jika kita berani ambil sikap, semua rasa sakit itu tidak akan ada artinya apa-apa melainkan hanya akan memperkuat aja, believe me it works hehehe
Dan inilah kata-kata dari Rakhma yanti dewi “i do agree what've u said. it's better to feel a broken heart than a toothache. toothache make u feel u're would like to giving all of ur teeth for free than u're in pain alot because of that. and broken heart? oh come on, its just like a little dust in ur shoes. its nothing if u know the power of move on.” Untuk Rakhmayanti Dewi jangan anggap semua anak translet itu punya pemahan banyak kosa kata, saya ngerti gara-gara pake google translet loh hehehehe
Tapi at least kata-katamu sudah menjadi cambuk yang cetar gelegar membahana (niru gaya Syahrini: lebay mode on) yang berhasil membuat saya kembali menjadi pribadi sanguinis lagi.
intinya kita berhak untuk jatuh dan bersedih, tapi jangan lama-lama, masih banyak pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan, memang menaruh harapan di tempat yang tinggi kemudian terjatuh itu rasanya pasti sakit, tapi bukan berarti akhir dari segalanya, banyak jalan menuju asa yang lain, yang lebih besar, dan yang akan menjadikan.
#sok bijak :)
Post a Comment for "The Power of Move On"